Pernahkah
Anda mendengar istilah phytochemical atau fitokmia? Ditijau dari segi bahasa,
fitokimia terdiri dari dua suku kata yaitu fito dan kimia. Fito (phyto) merujuk
pada tumbuhan, sedangkan kimia (chemical) merujuk pada senyawa kimiawi. Fitokimia
merupakan senyawa non-gizi (bukan termasuk golongan karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, ataupun mineral) tetapi memilki fungsi yang baik terhadap kesehatan
tubuh secara umum. Senyawa ini dapat ditemukan pada tumbuh-tumbuhan seperti
buah, sayuran, biji-bijian, umbi, dan obat herbal.
photo credit: www.thefashionspot.com |
Di
alam ini terdapat banyak sekali senyawa fitokimia. Mungkin pernah mendengar
kata polifenol dari iklan teh di TV ya? Nah, itulah salah satu jenis fitokimia
yang berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan merupakan agen yang dapat
menjaga tubuh kita dari kerusakan akibat radikal bebas dan zat-zat karsinogenik
(zat penyebab kanker). Golongan Organosulfida, termasuk di dalamnya adalah dialil
sulfida, alil metil sulfida, dan S-alilsistein. Sumbernya yaitu bawang putih,
bawang merah, daun selada, brokoli, kol, mustard, dan selada air. Alil sulfida
dapat menstimulasi enzim yang dapat membebaskan tubuh dan senyawa kimia
bebahaya. Saponin, termasuk di dalamnya panaxadiol dan panaxatriol.
Saponin terdapat pada tomat, kentang, dan ginko biloba. Penelitian
mengungkapkan saponin dapat bertindak sebagai anti kanker, anti mikroba,
meningkatkan sistem imunitas, dan menurunkan kolesterol. Karoteniod, senyawa
yang termasuk ke dalam kelas karotenoid yaitu beta karoten, alfa karoten,
lutein, dan likopen. Karotenoid adalah fitokimia yang banyak terdapat
pada sayuran berwarna kuning-jingga, misalnya wortel, labu kuning, sayuran
berwarna hijau, buah berwarna jingga-merah seperti tomat, papaya, mangga,
stroberi, semangka, jambu biji, dll. Selain
itu, masih banyak lagi golongan fitokimia.
Prinsip yang penting untuk memperoleh manfaat fitokimia
ini adalah pilihlah makanan dengan warna yang mencolok, seperti sayuran hijau,
brokoli misanya (semakin gelap warnanya semakin baik), ubi jalar berwarna
jingga atau ungu, buah naga, buah merah (dari Papua), dll. Warna buah atau
sayuran yang mencolok menjadi indikasi tingginya fitokimia yang dikandungnya.
Analoginya, semakin hijau warna suatu daun berarti terdapat lebih banyak
kandungan klorofilnya (klorofil juga merupakan fitokimia).
Hal yang juga penting untuk diketahui, makanan berwarna mencolok yang
dianjurkan adalah makanan yang masih alami seperti buah dan sayuran, bukan makanan
olahan seperti jus kemasan, kue, es campur, dll. Makanan olahan yang berwarna
mencolok justru harus diwaspadai karena kemungkinan menggunakan pewarna tesktil
yang akan mengganggu kesehatan.
Sumber pustaka:
Gropper,
Sareen S., dkk. 2009. Advance Nutrition and Human Metabolism. USA:
Wadsworth
Komentar
Posting Komentar