Cerita ini dikisahkan oleh
temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika
masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang
Legenda Sangkuriang.
photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ |
Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu hari Sangkuriang dan si Lumang (ayahnya) disuruh
pergi berburu rusa. Sang ibu minta diambilkan hati rusa. Namun karena tak
mendapat seekor rusapun, Sangkuriang berinisiatif mengambil saja hatinya
si Lumang. Setibanya di rumah, hati itu diserahkan kepada ibunya untuk dimasak.
Ibunya pun bergumam, “Hmm, laziis betul hati rusa ini, nyam nyam nyam...” Sekonyong-konyong Sangkuriang membuat pengakuan, “Bu, sebenarnya hati itu miliknya si Lumang.” Sudah barang tentnu, ibunya
terkejut dan berang. “Astaga!!! Tahu tidak, dia itu sebenarnya ayahmu,”
kemudian ibunya menabok kepala Sangkuriang dengan sendok. Sangkuriang pun diusir dari rumah. Tragis.
Bertahun-tahun kemudian,
Sangkuriang pulang ke kampung halamannya. Dia bertemu Dayang Sumbi yang tidak lain adalah ibunya, ia masih tampak
awet muda. Tetapi mereka tidak saling mengenal. Ajaib, mereka saling jatuh cinta.
Suatu hari Dayang Sumbi dan Sangkuriang berkencan. Dayang Sumbi mencarikan kutunya Sangkuriang. Saat itulah pemirsaaa..... ia melihat luka bekas tabokan sendok. Sumbi pun menyadari bahwa lelaki di hadapannya itu adalah anaknya sendiri. Lalu ia berusaha meyakinkan Sangkuriang bahwa mereka itu ibu dan anak, tidaklah pantas memadu kasih. Sayangnya Sangkuriang tdk percaya dan tetap ingin melamar ibunya. Singkat cerita, Ibunya minta dibuatkan kapal sebagai syarat menikah. Tetapi entah bagaimana, entah kapal itu ditendang oleh ibunya atau bagaimana (si Tuts lupa ceritanya), lalu jadilah Gunung Tangkuban Perahu. TAMAT.
Suatu hari Dayang Sumbi dan Sangkuriang berkencan. Dayang Sumbi mencarikan kutunya Sangkuriang. Saat itulah pemirsaaa..... ia melihat luka bekas tabokan sendok. Sumbi pun menyadari bahwa lelaki di hadapannya itu adalah anaknya sendiri. Lalu ia berusaha meyakinkan Sangkuriang bahwa mereka itu ibu dan anak, tidaklah pantas memadu kasih. Sayangnya Sangkuriang tdk percaya dan tetap ingin melamar ibunya. Singkat cerita, Ibunya minta dibuatkan kapal sebagai syarat menikah. Tetapi entah bagaimana, entah kapal itu ditendang oleh ibunya atau bagaimana (si Tuts lupa ceritanya), lalu jadilah Gunung Tangkuban Perahu. TAMAT.
Pelajaran yang bisa dipetik dari
kisah ini adalah: janganlah sembarangan berkencan, apalagi sambil cari kutu.
Kencan paling romantis asoy geboy adalah bersama suami “sah”. #eaaaaa
****Ditulis 26 Oktober 2013.
si Tuts itu yang paling kanan gambar |
Komentar
Posting Komentar