Langsung ke konten utama

THE DAY AFTER TOMORROW, Apakah Esok Masih Ada?

Saya baru saja menonton sebuah film. THE DAY AFTER TOMORROW. Film itu me-recall ingatanku tentang artikel-artikel yang saya baca beberapa hari belakangan. It’s all about global warming. Sebenarnya, semua artikel itu saya baca demi bisa membuat tulisan untuk lomba bertema green living, yah semacam itulah. Tetapi, sial, tulisan yang dibutuhkan temanya tentang sampah. Demi Tuhan, apakah green living hanya menyoal sampah? Tunggu dulu, bukannya saya menyepelekan pengelolaan sampah. Tidak. Tentu saja, itu juga hal yang perlu dipikirkan. Maksudku, kelihatannya kita terlalu mempersempit urusan green living cuma sebatas sampah.

photo cr: https://alienationmentale.files.wordpress.com
Dulu, waktu SMA yang sempat begitu aware dengan global warming. Dan lagi-lagi, semua itu karena sebuah tulisan: tugas karya ilmiah dari Bu Zarbeti. Dan bagaimana pun, setelah membaca berbagai literatur saat itu saya segera menyadari bahwa bumi yang kita tempati ini memang menuju kehancuran karena ulah kita sendiri. Saya dan rekan setiaku, Putri, kemudian dengan semangat menyelesaikan tulisan tentang isu global warming. Kami juga dengan antusias bercerita tentang hal itu kepada kawan-kawan kami. Tidak berhenti sampai di situ, saya dan Putri juga mulai mengubah kebiasaan buruk seperti pemborosan kertas, listrik, plastik, dll. Kami benar-benar memulainya dengan hal-hal kecil.

Tetapi... sekarang ceritanya berbeda. Saya mulai melupakan global warming dan terlanjur percaya dengan apa yang sebagian orang katakan: global warming itu hanya omong kosong.

Omong kosong. Baiklah. Lalu bagaimana menjelaskan perubahan iklim global yang esktrem? Bagaimana pula menjelaskan hujan es yang pernah terjadi di beberapa tempat? Naiknya permukaan air laut, mencairnya es di kutub, bencana alam yang semakin sering terjadi, dsb? Pada akhirnya, saya kembali meyakini: yeah, it is true.


Sesungguhnya, global warming hanya meminta satu hal dari kita: kearifan dalam mengelola bumi. Jika tidak, sulit dibayangkan apa yang terjadi di hari esok. The day after tomorrow, apakah hari itu masih ada? Atau mungkin yang kita dapati adalah kota New York yang lumpuh dan serupa hamparan putih tak bertepi seperti gambaran di dalam film? Entahlah......

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mah, Apa Hukumnya Minum Air Rebusan Telur?

Edisi #mamahdedeh, gaisss... Tagline kita adalah apa pun masalahnya langsung beres! Mari bayangkan skenario seperti ini... Di sebuah acara pengajian, puluhan wanita mengenakan gamis dan kerudung duduk melingkar merubungi seorang perempuan lebih separuh baya yang biasa disapa MAMAH. Lalu salah satu hadirin berdiri sembari memegang mic , hendak mengajukan sebuah pertanyaan mahapenting kepada Mamah. "Mah, curhat dooong!" "Iya dooong!" "Nama saya Haji Sul..." Belum selesai Haji Sul titik titik menyebutkan namanya secara paripurna, Mamah langsung menyemprot garang, "Hei heii, jangan sombong udah haji! Emang kalo abis solat kita dipanggil solat ape gitu?! Lanjut, nyebut nama aja biar sederhana!” Sehabis diomelin begitu, dengan wajah tersipu malu HAJI SUL titik titik kembali memperkenalkan jati dirinya. "Nama saya Sulastri Ayu, Mah." Ouu, ternyata Sulastri gaiiss... Alhamdulillah, namanya bukan Sulaiman. *pan ceweek dia* #krikrik #

Main 'Batu Lima' dan Rahasia Selamat dari Hantu

Anak-anak jaman sekarang mainnya kalo bukan gadget yaa ke mall. Begitu-begitu saja. Padahal kami dulu punya banyak permainan seru yang biasa dimainkan pas istirahat kelas dan sepulang sekolah. Kadang, jika kami agak bandel, hahah, permainan itu dimainkan ketika jam belajar, ketika Bapak dan Ibu Guru yang terhormat sedang keluar sebentar.  Kalau diingat-ingat, betapa menyenangkannya masa kecil itu...  Di kampungku, ada permainan yang namanya: kabula (mirip engklek yang di daerah Jawa), hendip, boi 100, kai, batu lima, kelereng, wayang, monopoli, dan banyak lagi.  ilustrasi permainan kabula. Photo credit: http://yogyakarta.panduanwisata.id/ ***** Nah, kali ini saya mau cerita sedikit tentang batu lima, salah satu permainan yang agak jarang saya melibatkan diri. Why ? Sederhana saja, karena bisa dipastikan, saya akan selalu kalah, sementara hukumannya bagiku agak mengerikan . ilustrasi permainan batu lima. photo credit: http://www.navalbasepri.moe.edu.sg/ Batu

Legenda Sangkuriang (Berkencan Sambil Cari Kutu)

Cerita ini dikisahkan oleh temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang Legenda Sangkuriang. photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ Suatu hari ketika Dayang Sumbi (ibunya Sangkuriang) masih lajang sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh ke kolong rumahnya. Dayang Sumbi pun berjanji jika ada seorang lelaki yang mau mengambilkan jarum itu untuknya, lelaki itu akan dijadikan suami (bdw, menurutku ini ikrar yang aneh. Kenapa dia tidak turun ambil sendiri? Kan jatuhnya cuma di kolong... Haeuh, sedentary banget). Lalu, ternyata yang mengambilkan jarum itu adalah seekor anjing bernama Lumang. Singkat kata singkat cerita, mereka pun menikah. (Huh, ini lebih aneh lagi. Bagaimana caranya anjing ngambil jarum? Terus, dalam perjanjian tadi kan yang akan dijadikan suami adalah lelaki?!) Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu h