Langsung ke konten utama

SUMPAH, DULU SAYA TINGGI!!!


Umurku hampir 21 tahun dan tinggi badanku hanya, 146 koma sekian sekian.  Dulu saya tidak ambil pusing dengan masalah tinggi badan ini. Merasa biasa saja. Belakangan, semakin banyak orang yang mengatakan betapa kecil-nya saya. Dan sekarang, jika berpapasan dengan orang yang seumuran atau yang lebih tua, saya selalu melirik kepala mereka; apakah sejejajar dengan kepalsaya atau tidak. Dan kesimpulannya, sebagian besar tidak sejajar. Itu artinya tinggi badanku memang di bawah rata-rata orang Indonesia. Kenyataan ini terlalu memilukan. Tetapi, yah sudahlah, mungkin memang segini settingan-ku.

Jika saat ini saya berkata pada orang-orang bahwa dahulu kala saya pernah tinggi, rasanya tidak akan ada yang percaya. Mereka pasti akan menatapku dengan wajah heran nan berseri, lalu pada akhirnya mereka tertawa terpingkal-pingkal. Atau mereka mungkin berpikir, jiwsaya bisa saja telah berreinkarnasi dari seseorang berbadan tinggi di dunia antah berantah sana menjadi saya yang sekarang. Tetapi bagaimana pun, sungguh, saya berani bersumpah: dulu saya tinggi!

Saya pernah mengungkapkan kenyataan ini pada teman-temanku di Sanawiyah (SMP). Mereka juga menertawakanku: sanksi. Hingga pada suatu hari kubawakan mereka sebuah bukti otentik yang tak terbantahkan: foto lomba gerak jalan Agustus-an. Waktu itu, tahun 2002, saya masih kelas 5. Di dalam foto itu terlihat jelas, saya dengan balutan seragam merah putih tertangkap kamera tengah berjalan sigap di barisan paling depan. Badanku kelihatan semampai. Di samping kiri-kanan dan belakangku adalah anak-anak kelas 6. Sampai di sini bisa ditarik kesimpulan, bukan? Mungkin sayalah anak perempuan yang paling tinggi di kelas 5, bahkan lebih tinggi dari sebagian besar gadis-gadis di kelas 6. Karena merasa terlampau tinggi, saya malah merasa minder jika berjalan dengan kawan sebaya. Dalam pada itu saya berdoa kepada Tuhan supaya menjadi pendek saja. Dan kelihatannya, Tuhan mendengar dosaya karena sejak itu tinggi badanku raasanya nyaris tidak bertambah lagi. 

Anyway, setelah belajar Ilmu Gizi pas kuliah, saya menduga, mungkin waktu itu saya tengah mengalami fase growth spurt, yakni pertumbuhan yang sangat cepat.

***Makassar, 14 Februari 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mah, Apa Hukumnya Minum Air Rebusan Telur?

Edisi #mamahdedeh, gaisss... Tagline kita adalah apa pun masalahnya langsung beres! Mari bayangkan skenario seperti ini... Di sebuah acara pengajian, puluhan wanita mengenakan gamis dan kerudung duduk melingkar merubungi seorang perempuan lebih separuh baya yang biasa disapa MAMAH. Lalu salah satu hadirin berdiri sembari memegang mic , hendak mengajukan sebuah pertanyaan mahapenting kepada Mamah. "Mah, curhat dooong!" "Iya dooong!" "Nama saya Haji Sul..." Belum selesai Haji Sul titik titik menyebutkan namanya secara paripurna, Mamah langsung menyemprot garang, "Hei heii, jangan sombong udah haji! Emang kalo abis solat kita dipanggil solat ape gitu?! Lanjut, nyebut nama aja biar sederhana!” Sehabis diomelin begitu, dengan wajah tersipu malu HAJI SUL titik titik kembali memperkenalkan jati dirinya. "Nama saya Sulastri Ayu, Mah." Ouu, ternyata Sulastri gaiiss... Alhamdulillah, namanya bukan Sulaiman. *pan ceweek dia* #krikrik #

Main 'Batu Lima' dan Rahasia Selamat dari Hantu

Anak-anak jaman sekarang mainnya kalo bukan gadget yaa ke mall. Begitu-begitu saja. Padahal kami dulu punya banyak permainan seru yang biasa dimainkan pas istirahat kelas dan sepulang sekolah. Kadang, jika kami agak bandel, hahah, permainan itu dimainkan ketika jam belajar, ketika Bapak dan Ibu Guru yang terhormat sedang keluar sebentar.  Kalau diingat-ingat, betapa menyenangkannya masa kecil itu...  Di kampungku, ada permainan yang namanya: kabula (mirip engklek yang di daerah Jawa), hendip, boi 100, kai, batu lima, kelereng, wayang, monopoli, dan banyak lagi.  ilustrasi permainan kabula. Photo credit: http://yogyakarta.panduanwisata.id/ ***** Nah, kali ini saya mau cerita sedikit tentang batu lima, salah satu permainan yang agak jarang saya melibatkan diri. Why ? Sederhana saja, karena bisa dipastikan, saya akan selalu kalah, sementara hukumannya bagiku agak mengerikan . ilustrasi permainan batu lima. photo credit: http://www.navalbasepri.moe.edu.sg/ Batu

Legenda Sangkuriang (Berkencan Sambil Cari Kutu)

Cerita ini dikisahkan oleh temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang Legenda Sangkuriang. photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ Suatu hari ketika Dayang Sumbi (ibunya Sangkuriang) masih lajang sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh ke kolong rumahnya. Dayang Sumbi pun berjanji jika ada seorang lelaki yang mau mengambilkan jarum itu untuknya, lelaki itu akan dijadikan suami (bdw, menurutku ini ikrar yang aneh. Kenapa dia tidak turun ambil sendiri? Kan jatuhnya cuma di kolong... Haeuh, sedentary banget). Lalu, ternyata yang mengambilkan jarum itu adalah seekor anjing bernama Lumang. Singkat kata singkat cerita, mereka pun menikah. (Huh, ini lebih aneh lagi. Bagaimana caranya anjing ngambil jarum? Terus, dalam perjanjian tadi kan yang akan dijadikan suami adalah lelaki?!) Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu h