Langsung ke konten utama

Awal Ramadhan adalah Rahmat dan Akhirnya Pembebasan Api Neraka, Benarkah?


Halo semuanya, apa kabar?

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt…

Well, ini opening yang standard sekali dan hampir dipake untuk semua acara seremonial, wkwkwk. Padahal maknanya bagus, kalo dipikir. Mungkin karena terlalu mainstream, I haven’t got the point. So, I’m gonna say thanks to Allah in my own word, yang mana “nyawa” kalimatnya lebih bisa saya rasakan.

Segala pujian dan rasa syukur hanya pantas kita persembahkan kepada Allah, Tuhan semesta alam… Dialah yang menjadikan segala peristiwa, kejadian demi kejadian yang menyadarkan betapa kecilnya kita, betapa tidak berartinya seluruh kekuatan yang kita himpun, bahkan jika seluruh makhluk di alam semesta ini bersekutu, we’re nothing, jika dibandingkan dengan kemahaan Tuhan. Maka tiadalah tempat kembali kecuali Dia. Allahu rabbunaa, wa robbukum, wa robbul aalamiin...

Btw, tidak terasa yaa sudah nyaris separuh 2018 kita jalani. Tahun ini kita kembali dipertemukan dengan bulan yang sangat mulia, alhamdulillah. Semoga kita bisa memaksimalkan usaha untuk memperoleh keberkahan Ramadan.



Saya mau sedikit cerita nih tentang tarawih pertama malam ini. I went to a mosque near my office, oke ini lagi belajar English. Harap maklum yaa, hahah. Dan tadi dapat shaf-nya di teras. Berhubung saya memang salat isya duluan di rumah, so, when I arrived there, jamaah sudah meluber ke mana-mana.

Nah, karena mesjd ini juga ciliiikk banget, heheh, maka jarak saya ke penceramah itu lumayan dekat. I could hear his voice clearly, sound system nya oke juga sih makanya jelas. *plis, ini mo bahas sonsistem ato apasih?

Oke, sabarrrr… Kan udah masuk bulan puasa ga boleh marah-marah… hahaha

Jadi, dai yang tadi itu menjelaskan secara ringkas dan padat tentang keutamaan-keutamaan bulan Ramadan. I guess, itu tema umum yang diangkat apalagi pas hari pertama. Nah, yang menarik perhatian saya adalah Om Dai mengoreksi sebuah hadist yang kadung femezzz banget di kalangan kita dan sudah jadi template untuk di-broadcast ke grup WA kita yang bejibun itu.

Kayak mana bunyi hadistnya? This is it guys:

“Ramadhan adalah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya maghfirah (ampunan) dan akhirnya pembebasan dari api neraka.”

Terdengar familiar kan? Ini sudah sering banget soalnya diulang-ulang sama beberapa penceramah. Ternyata hadist ini lemah (dhaif) sehingga tidak cukup kuat untuk dijadikan sebagai acuan. Pertama, dari segi periwayatan dia lemah; kata ustadz di mesjid tadi ada siaapaa gitu dalam jalur periwayatannya, lupa namanya heheh. Sorry morry pemirsu…silaken tanya pada ahli hadist mengenai hal ini.

Terus apa lagi yang dikoreksi? Yaitu dari segi makna atau konteks. Perhatikan: permulaan Ramadan adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Mengapa ini keliru? Karena sebenarnya Ramadan itu mengandung rahmat bukan hanya di awalnya saja. Ramadan mengandung ampunan bukan cuma di pertengahannya saja, pun pembebasan dari api neraka pun bukan cuma di akhir Ramadan. Melainkan, dari awal hingga akhir bulan mulia ini ada rahmat, seluruh waktunya ada ampunan serta pembebasan dari api neraka. Gituu…

hadist yang benar guys, screenshoot aja krn mager hahah. source: muslim.or.id


Btw, udah dulu ye gaess…
Sekian kutipan ceramah malam ini, semoga kamu kuat puasa besok. Bye ;)












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mah, Apa Hukumnya Minum Air Rebusan Telur?

Edisi #mamahdedeh, gaisss... Tagline kita adalah apa pun masalahnya langsung beres! Mari bayangkan skenario seperti ini... Di sebuah acara pengajian, puluhan wanita mengenakan gamis dan kerudung duduk melingkar merubungi seorang perempuan lebih separuh baya yang biasa disapa MAMAH. Lalu salah satu hadirin berdiri sembari memegang mic , hendak mengajukan sebuah pertanyaan mahapenting kepada Mamah. "Mah, curhat dooong!" "Iya dooong!" "Nama saya Haji Sul..." Belum selesai Haji Sul titik titik menyebutkan namanya secara paripurna, Mamah langsung menyemprot garang, "Hei heii, jangan sombong udah haji! Emang kalo abis solat kita dipanggil solat ape gitu?! Lanjut, nyebut nama aja biar sederhana!” Sehabis diomelin begitu, dengan wajah tersipu malu HAJI SUL titik titik kembali memperkenalkan jati dirinya. "Nama saya Sulastri Ayu, Mah." Ouu, ternyata Sulastri gaiiss... Alhamdulillah, namanya bukan Sulaiman. *pan ceweek dia* #krikrik #

Main 'Batu Lima' dan Rahasia Selamat dari Hantu

Anak-anak jaman sekarang mainnya kalo bukan gadget yaa ke mall. Begitu-begitu saja. Padahal kami dulu punya banyak permainan seru yang biasa dimainkan pas istirahat kelas dan sepulang sekolah. Kadang, jika kami agak bandel, hahah, permainan itu dimainkan ketika jam belajar, ketika Bapak dan Ibu Guru yang terhormat sedang keluar sebentar.  Kalau diingat-ingat, betapa menyenangkannya masa kecil itu...  Di kampungku, ada permainan yang namanya: kabula (mirip engklek yang di daerah Jawa), hendip, boi 100, kai, batu lima, kelereng, wayang, monopoli, dan banyak lagi.  ilustrasi permainan kabula. Photo credit: http://yogyakarta.panduanwisata.id/ ***** Nah, kali ini saya mau cerita sedikit tentang batu lima, salah satu permainan yang agak jarang saya melibatkan diri. Why ? Sederhana saja, karena bisa dipastikan, saya akan selalu kalah, sementara hukumannya bagiku agak mengerikan . ilustrasi permainan batu lima. photo credit: http://www.navalbasepri.moe.edu.sg/ Batu

Legenda Sangkuriang (Berkencan Sambil Cari Kutu)

Cerita ini dikisahkan oleh temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang Legenda Sangkuriang. photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ Suatu hari ketika Dayang Sumbi (ibunya Sangkuriang) masih lajang sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh ke kolong rumahnya. Dayang Sumbi pun berjanji jika ada seorang lelaki yang mau mengambilkan jarum itu untuknya, lelaki itu akan dijadikan suami (bdw, menurutku ini ikrar yang aneh. Kenapa dia tidak turun ambil sendiri? Kan jatuhnya cuma di kolong... Haeuh, sedentary banget). Lalu, ternyata yang mengambilkan jarum itu adalah seekor anjing bernama Lumang. Singkat kata singkat cerita, mereka pun menikah. (Huh, ini lebih aneh lagi. Bagaimana caranya anjing ngambil jarum? Terus, dalam perjanjian tadi kan yang akan dijadikan suami adalah lelaki?!) Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu h