Langsung ke konten utama

1 Cara Jitu Memilih Calon Pasangan Hidup

Sengaja saya menulis judul seperti itu biar kelihatan bombastis macam artikel-artikel mainstream bacaan favorit kaum milenial. Dan kenapa cuma 1 cara, bukan 7 misanya? Ya, karena memang cuma 1 ini yang mahapenting dan patut kamu tanamkan dalam benakmu.

Saya awali dengan dua buah pertanyaan: Umur kamu berapa? Punya pacar apa tidak?
Andekata umur kamu sepantaran saya yakni 20 tahun lewat sedikit (belagak mudaa, hahha), topik tentang pernikahan akan selalu menghantui hari-harimu. Temlen fesbuk dan instagram niscaya dipenuhi foto-foto teman seangkatan kuliah dulu yang sudah pada merit. Dan yang bikin nyesseek adalah kamu J O M B L O. Sudah begitu, gak ada tanda-tanda hilal (calon pasangan) bakal meramaikan hidupmu yang selama ini penuh drama gak penting. *fiuhhh, nyeka aer mata pake kanebo*

Oke, cukup! Cukup Roma… jangan terlalu baper. Ingat saja sebuah petuah klasik bahwa jodohmu ada. Beliau akan datang di waktu yang tepat. Selama teman-teman partner in crime-mu belum menikah juga, tidak perlu panik, hahhah.

best couple
credit: https://www.instagram.com/doyoutravel/

Kamu mungkin sering mendapat wejangan dari para orang tua ketika sedang duduk santai di bale-bale. Saya pribadi, pesan yang paling sering saya terima adalah, ”Tidak perlu muluk-muluk pilih calon suami. Yang penting anaknya baik, solatnya bagus, tidak minum (alkohol).” Perihal solat sebagai kriteria utama calon pasangan rasanya itu standar banget di dalam keluarga muslim. Kalau saya agnostik, atheis, atau pemuja setan yah mana mungkin diingatkan soal solat, hahaha.

Kenapa sih harus solat? Well, orang Islam percaya, bahwa mereka yang mampu menjaga ibadah wajibnya maka setidaknya sudah mampu memimpin dirinya sendiri. Sederhananya sih begitu. Meskipun pada kenyataannya, banyak juga yang solatnya rajin tapi kerjaannya ngadu domba, misal. Pendek kata, solat bukan jaminan seseorang otomatis pasti baik. Namun bagaimana pun, saya termasuk golongan yang meyakini bahwa orang solat memang belum tentu baik, tetapi orang baik pasti solat. J

Pernah, suatu ketika di acara entah apa, saya tidak ingat persis, si speaker bilang begini, “Kalau mau cari calon suami, coba pas solat subuh di mesjid.” Sontak hadirin tertawa. Bukan rahasia umum lagi soalnya bahwa yang biasa meramaikan mesjid di waktu subuh adalah opa-opa bukan para oppa idaman wanita, hahha.

Well, mengenai ini saya punya kisah menarik…

Once upon a time, saya melakukan perjalanan dari Majene (daerah Sulawesi Barat) ke Makassar dengan menumpang bus malam. Waktu itu, kebetulan abis ikut kegiatan 1000 Guru di sana. Ini skefo yaa, kali aja lu kepo, ahahah. Pas nyampe Makassar sudah hampir subuh dan hujan lebaaattt sekali. Gak ada taksi yang bisa mengantar saya ke kosan. Ojek juga enggak. Gojek atau Grab? Gak adaaaa… Zaman itu transportasi berbasis online belum ekspansi ke mana-mana dan menjadi bagian hidup masyarakat urban layaknya sekarang. I had no choice, saya pun turun dari bus tepat di pinggir jalan. Saya berteduh di depan warung kopi sembari berusaha menyetop taksi yang lewat. Alhamdulillah, gak dapat.

Gak berapa lama, azan subuh berkumandang. Sekitar 100 meter di belakang saya memang ada sebuah masjid. Terbesit pikiran, “Kenapa ga mampir ke masjid saja? Aha, brilliant!” Saya segera berlari menuju mesjid sambil memanggul ransel. Dan di muka pintu sana seorang pemuda berdiri memicingkan mata ke arah saya, mengira-ngira makhluk jenis apa yang lelarian hujan-hujanan sesubuh ini.

“Di mana toilet?” tepat ketika kami berhadapan saya bertanya tanpa basa-basi, sementara tangan saya sibuk melepas ikatan tali sepatu.

Dia sedikit terkejut. “Oh, ada di belakang,” katanya.

Selanjutnya… yah sebagaimana yang seharusnya saya lakukan, yaitu mengganti pakaian yang basah kuyup lalu menunaikan ibadah subuh bertiga. Yes, bertiga bersama Pak Imam dan pemuda tadi. Cuma kami saja yang ada di mesjid. Wajar sih yaa, soalnya hujannya sumpah lebat sekali. Lazim memang orang enggan keluar dalam situasi begitu. Tetapi seriusan, kepala saya diliputi pertanyaan, sekaligus  takjub. “Gilaa, hujan deras ampun-ampunan begini, si kisanak tetap ke masjid? Subuh pula?!”

Lalu hari mulai terang, hujan pun mereda, ayam berkokok, bebek, sapi, domba ga tau lagi ngapain dia. Namun sayang seribu sayang, saya lupa minta akun sosmednya si pemuda tadi, hahhaha. Kenapa gak kepikiran yaa? Padahal kami sudah sempat ngobrol sebentar pas saya lagi make sepatu mau pulang. Yakali doi kepo kenapa ada anak perempuan nyasar di masjid subuh hari…wkwkwk

travelling with lover
credit: http://static1.squarespace.com

Inti dari cerita ini adalah, silakeun simpulkan sendirilah. Masa kudu eike yang mikir? Kamu ga kasian gitu saya udah capek nulis sepanjang ini…

Disclaimer:
Tulisan ini tidak dibuat untuk menggerakkan siapa pun agar mau subuhan ke mesjid demi nyari calon pendamping hidup loh yaa… Kalo cuma sebatas itu, rasanya kok terlalu murahan ya kita memaknai ibadah. Just do it because of Allah, that you want to be closer to Him… 

Doakan saya, manusia yang teramat sangat dhaif ini… Semoga kebaikan pun selalu meliputimu, Fellas!
Salam. J


Komentar

  1. Duuhhh kaka.. pemuda ituuu siapaaa ??? hahahahhaha kenalkanlah sama adik bungsumu ini wkwkwkkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Sebegitu berkesannya ya sholat subuh hari itu,
    Salam J ?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mah, Apa Hukumnya Minum Air Rebusan Telur?

Edisi #mamahdedeh, gaisss... Tagline kita adalah apa pun masalahnya langsung beres! Mari bayangkan skenario seperti ini... Di sebuah acara pengajian, puluhan wanita mengenakan gamis dan kerudung duduk melingkar merubungi seorang perempuan lebih separuh baya yang biasa disapa MAMAH. Lalu salah satu hadirin berdiri sembari memegang mic , hendak mengajukan sebuah pertanyaan mahapenting kepada Mamah. "Mah, curhat dooong!" "Iya dooong!" "Nama saya Haji Sul..." Belum selesai Haji Sul titik titik menyebutkan namanya secara paripurna, Mamah langsung menyemprot garang, "Hei heii, jangan sombong udah haji! Emang kalo abis solat kita dipanggil solat ape gitu?! Lanjut, nyebut nama aja biar sederhana!” Sehabis diomelin begitu, dengan wajah tersipu malu HAJI SUL titik titik kembali memperkenalkan jati dirinya. "Nama saya Sulastri Ayu, Mah." Ouu, ternyata Sulastri gaiiss... Alhamdulillah, namanya bukan Sulaiman. *pan ceweek dia* #krikrik #

Main 'Batu Lima' dan Rahasia Selamat dari Hantu

Anak-anak jaman sekarang mainnya kalo bukan gadget yaa ke mall. Begitu-begitu saja. Padahal kami dulu punya banyak permainan seru yang biasa dimainkan pas istirahat kelas dan sepulang sekolah. Kadang, jika kami agak bandel, hahah, permainan itu dimainkan ketika jam belajar, ketika Bapak dan Ibu Guru yang terhormat sedang keluar sebentar.  Kalau diingat-ingat, betapa menyenangkannya masa kecil itu...  Di kampungku, ada permainan yang namanya: kabula (mirip engklek yang di daerah Jawa), hendip, boi 100, kai, batu lima, kelereng, wayang, monopoli, dan banyak lagi.  ilustrasi permainan kabula. Photo credit: http://yogyakarta.panduanwisata.id/ ***** Nah, kali ini saya mau cerita sedikit tentang batu lima, salah satu permainan yang agak jarang saya melibatkan diri. Why ? Sederhana saja, karena bisa dipastikan, saya akan selalu kalah, sementara hukumannya bagiku agak mengerikan . ilustrasi permainan batu lima. photo credit: http://www.navalbasepri.moe.edu.sg/ Batu

Legenda Sangkuriang (Berkencan Sambil Cari Kutu)

Cerita ini dikisahkan oleh temanku, Mbak Tuts, waktu lagi nongkrong di depan indekos. Mbak Tuts itu ketika masih kecil adalah pecinta dongeng dan ia membagi sedikit “ingatan”nya tentang Legenda Sangkuriang. photo cr: http://legendasangkuriang.blogspot.co.id/ Suatu hari ketika Dayang Sumbi (ibunya Sangkuriang) masih lajang sedang menjahit, tiba-tiba jarumnya jatuh ke kolong rumahnya. Dayang Sumbi pun berjanji jika ada seorang lelaki yang mau mengambilkan jarum itu untuknya, lelaki itu akan dijadikan suami (bdw, menurutku ini ikrar yang aneh. Kenapa dia tidak turun ambil sendiri? Kan jatuhnya cuma di kolong... Haeuh, sedentary banget). Lalu, ternyata yang mengambilkan jarum itu adalah seekor anjing bernama Lumang. Singkat kata singkat cerita, mereka pun menikah. (Huh, ini lebih aneh lagi. Bagaimana caranya anjing ngambil jarum? Terus, dalam perjanjian tadi kan yang akan dijadikan suami adalah lelaki?!) Dari pernikahan Dayang Sumbi dengan Lumang lahirlah Sangkuriang. Suatu h